RSS

Napak Tilas Jejak Masa Lalu

"satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan"
(Bondan & Fade to Black -- Kita Selamaya)


satu bait syair yang sepertinya biasa-biasa saja. Unsur puitiknya nggak gimana-gimana amat. Tapi tidak bagiku, kawan. Syair yang malam ini kudengarkan berulang-ulang. Syair yang sederhana ini, mengingatkanku bahwa aku memiliki kalian, ada sebuah memori yang menjadi penghubung antara aku dan kalian. Apa kau merasa demikian? aku merasakan itu kawan. 

Apa kau ingat kita pernah duduk bersila, bercerita entah apa saja di bawah tangga gedung kuliah usang kita? kampus yang sekali waktu ingin kita caci namun gedung usang itulah yang mengantarkan kita pada pijakan kita saat ini.

Apa kau ingat bagaimana nada tawamu saat itu?
sangat mengganggu--memekakkan telinga. Namun saat kau terselimuti sunyinya malam, kau mungkin merindukan kebisingan itu.

Apa kau bisa membayangkan jeleknya ekspresi kita saat kamera handphone jadul dengan pixel pas-pasan itu diarahkan pada wajah-wajah kucel kita? kau mungkin malu mengunggahnya ke jejaring sosial atau bahkan kau letakkan ke dalam folder-folder paling tersembunyi di dalam komputermu. Namun, kamu mungkin akan sagat ingin menikmatinya saat peliknya kehidupanmu kini mengikat dirimu dalam kurungan kegalauan. Sekedar agar kau bisa tertawa; agar kau merasa ada sahabat terdekatmu yang berdiri di sampingmu merangkul pundakmu.


apa kau masih bisa merasakan letihnya menunggu pak dosen yang tak kunjung datang? kita berjajar di koridor kampus  seperti gembel di emperan toko. duduk kosong sepanjang hari. Sebanyak apapun omelan keluhan yang kau luapkan saat itu, kau mungkin akan sangat menginginkannya saat kini berbagai kesibukan mengejarmu tanpa henti.

apa bulu kudukmu merinding mengingat dulu kita dikejar oleh tugas dan ujian--menghabiskan malam-malam kita dengan serentetan teori dan setumpuk kertas? mungkin sesaknya masih terasa saat kau mengingatnya lagi. Tapi kau akan merindukannya ketika kau dilingkupi kekosongan--bingung harus melakukan apa.

apa cita rasa mi instant gratisan itu masih bisa kau kecap sampai kini?? walau sekarang kau bisa mengecap hal-hal yang lebih baik, lidahmu mungkin akan rindu saat kau jengah mengecap makanan di restoran-restoran mahal.

apa kau masih ingat rahasia terbesar apa yang kau ungkapkan saat kita duduk melingkar dilingkupi gelak tawa, memutar botol kosong, ah, itu hal paling konyol kawan. tapi kau mungkin ingin memutar botol itu lagi saat kau duduk sendiri ditengah khusyu'nya malam, tak punya teman untuk berbagi ceritamu hari ini.


aku masih ingat semuanya, kawan.
masih dengan urutannya.
dan luar biasanya, aku melewati semuanya bersama kalian, kawan.
tak ada satu jejak pun yang terlewati dalam kesendirian.
sampai kini, saat aku menjejak jalan-jalan ini sendiri,
aku tau, aku merindukan jejak-jejak gaduh itu.

semua yang kuuraikan itu, kawan. semuanya biasa-biasa saja.
keseharian yang wajar-wajar saja.
Tak ada nilai estetinya.
Bukan kejadian fenomenal.
tapi
semakin jauh waktu membawa kita,
semakin usang kenangan itu,
semakin kita rindukan.
dan hal yang biasa itu menjadi luar biasa.

bisa aku meminta sesuatu?
sejau apapun waktu membawamu,
seindah apapun hidupmu kelak,
jejak-jejak masa lalu itu harus tetap ada bekasnya.
karen langkah-langkah itu
yang mengantarmu ke pijakanmu kini

Jogja, Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar