sudah jadi kodrat bahwa kita lebih (sok) ahli menilai orang lain ketimbang diri sendiri. bahwa kita (merasa) lebih mengenal orang lain ketimbang diri kita sendiri. karena mata kita diciptakan hanya bisa melihat objek di depan kita tanpa mampu melihat langsung ke diri kita secara menyeluruh. kita hanya bisa melihat diri kita melalui cermin. tapi, kau tau kan, citra yang ditampilkan cermin itu (kadang) tidak sempurna. ada spot-spot yang blur, hilang. detailnya tidak jelas kelihatan. makanya, kadang kita mengira diki kita sudah baik saat berkaca, padahal cermin yang kita pandangi tidak sempurna memperlihatkan cacat-cacat kecil.
kita sibuk mengkritik orang lain, menilai, menyimpulkan bahwa kita sangat mengenal mereka. tapi sebenarnya kita tidak akan pernah bisa 100% mengenal orang lain. berapa lama pun waktu yang kita habiskan bersama mereka, kita tak akan mengenal mereka secara utuh. tetap ada sudut-sudut yang tersembunyi karena kita toh tidak bisa secara gamblang membaca apa yang mereka pikirkan, kita hanya melihat gerak tubuhnya, mendengar yang mereka ucapkan, tanpa bisa membaca apa yang tertulis dalam hati mereka. jadi, berhentilah merasa kau sudah mengenal seseorang 100% karena telah menghabiskan waktu sekian lama bersama, bahkan seorang ibu pun sering dapat dibohongi oleh anaknya.