Hari ini salah seorang teman lagi
datang mengeluh. Katanya ceweknya nggak pengertian, susah ditebak apa maunya,
begini salah, begitu juga salah. Merepotkan, menyebalkan, agak matre, pokoknya
semua yang jelek-jelek ada pada ceweknya (menurut versi teman saya). Saya Cuma
tertawa (sorry, kalo sebagai seorang wanita saya terkesan semberono, nggak
sopan apalagi anggun lantaran menertawakan teman saya yang lagi galau) dan
bilang ke dia “kenapa kamu datang mengeluh ke saya? Apa dulu saya yang menyuruh
kamu pacaran sama dia? Itu pilihan kamu sendiri. Sebenarnya apa yang kamu lihat
saat memilih dia dulu sehingga sekarang kamu jadi kecewa luar biasa seperti
ini?”
Itu hanya salah satu contoh
kasus, kawan. Kalau ada di antara kalian kaum adam yang saat membaca tulisan
ini sedang mengalami kasus yang sama dengan teman saya di atas, mohon membaca
tulisan ini sampai selesai.
Sesungguhnya, perasaan-perasaan
seperti yang dirasakan teman saya di atas itu tidak akan kalian alami kalau
kalian bisa menilai dengan benar seorang wanita sebelum menjadikannya “wanita”
kalian istilahnya (entah itu pacar, tunangan, ataupun istri).
Saya sekarang berbicara sebagai
seorang wanita.
Wanita yang baik untuk kamu pilih
adalah dia yang:
- 1. Penampilannya sederhana saja, tidak mencolok, tidak glamour, tidak mewah, tidak berdandan berlebihan di sana sini untuk memaksimalkan kecantikannya, tidak beraksesoris mencolok bak toko aksesoris berjalan. Dia biasa saja. Penampilannya sederhana saja, namun terlihat rapi dan sopan. Dia yang justru terlihat cantik karena kesederhanaannya.
- 2. Dia yang taat pada agamanya. Memahami betul ajaran-ajaran agamanya dan mengamalkan apa yang dia pahami dengan penuh kepatuhan dalam kesehariannya.
- 3. Dia yang selalu ramah dan sopan pada semua orang. Yang selalu tersenyum saat berpapasan dengan orang lain. Bukan senyum centil apalagi genit. Bukan senyum yang berusaha memikat. Tapi senyum ramah yang menunjukkan penghargaannya pada orang lain. Yang tidak lupa mengatakan terima kasih untuk hal sesederhana apapun yang ia terima dari orang lain. Yang mengatakan maaf untuk kekeliruan sekecil apapun yang ia lakukan. Dia yang periang tapi tidak kecentilan binti pecicilan istilah kerennya.
- 4. Yang cerdas. Wanita yang cerdas tidak akan menjadi beban buat kamu. Dia bisa menjadi pendengar yang baik saat kamu bercerita, menjadi teman bertukar pikiran saat kamu membutuhkan saran dan masukan. Sebuah hubungan itu bukan hanya urusan hak dan kewajiban, bukan hanya urusan gombal dan rayuan. Sebuah hubungan itu adalah ketika kita saling bertukar pikiran, bertukar cerita untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain. perhatian itu bukan urusan bertanya “sudah makan?” tiga kali sehari. Perhatian itu adalah saling memberi penguatan, saran, dan jalan keluar.
- 5. Dia haruslah wanita yang mandiri namun tidak lantas mengabaikan apalagi meremehkan kamu karena merasa dia kuat dan bisa melakukan segalanya sendiri. Mandiri dalam artian, dia tidak bergantung pada kamu, memahami kesibukan kamu sehingga tidak menuntut ini dan itu, namun tetap menyambut dengan suka cita bantuan dan perhatian yang kamu berikan untuk dia.
Ah, ada lagi contoh kasus yang
lain. ada sebagian orang yang menghindari memilih cewek yang cerdas apalagi
diperkirakannya wanita itu akan lebih cerdas dari dia.
Tahukah kamu, kawan? Wanita
cerdas itu tidak akan membahayakan harga diri apalagi nyawa kamu. Selama dia
wanita yang sederhana, sopan, ramah, dan taat beragama, dia tidak akan
meremehkan kamu karena kecerdasannya. Dia tidak akan menjatuhkan harga dirimu.
Walaupun dia lebih cerdas dari kamu, dia akan tetap paham
posisinya—kecerdasannya akan membuatnya lebih memahami posisinya, menyadari hak
dan kewajibannya. Dia akan memahami kekuranganmu, mengakui kelebihanmu, dan
melengkapi kehidupanmu.
Saya menulis ini bukan berarti
saya adalah wanita yang memenuhi semua kriteria di atas, loh (antisipasi jangan
sampe ada yang ngira saya merasa diri sempurna). Saya menulis ini karena
sebagai wanita, insyaAllah sedkit banyak saya mengerti bagaimana karakter kaum
saya. Mungkin tulisan saya di atas tidak semuanya tepat. Namun, paling tidak,
ini bisa membantu. Analoginya, tulisan saya ini sama sifatnya dengan suplemen
makanan yang membantu mencukupi
kebutuhan gizi, namun bukan sumber gizi utama. Begitulah kira-kira.
Semoga tulisan ini bermanfaat,
dan mari kita senntiasa memperbaiki diri, kawan J
0 komentar:
Posting Komentar